Monday, December 28, 2009
Alkitab dan Ilmu Pengetahuan
Bermula dari melihat banyak fosil pada Formasi Southesk-Cairne, lalu penjelasan bahwa bumi terbentuk selama ratusan juta tahun, serta pemaparan teori evolusi, semua itu mengingatkan saya pada buku yang dahulu saya baca di Jogja: The Story of Liberty.
Di dalam buku itu dijelaskan bagaimana, dahulu kala, orang-orang hidup dalam ilusi dan cerita-cerita khayal yang aneh (Mungkin ini mirip dengan cerita sinetron di TV Indonesia, yang kabarnya banyak menayangkan cerita-cerita horor). Di dalam buku itu juga diceritakan bagaimana kehidupan orang-orang yang berada di bawah belenggu kebodohan dan hampir tanpa kebebasan/kemerdekaan sama sekali. Semua itu diakibatkan karena Alkitab tertutup bagi mereka. Alkitab yang hanya berbahasa Ibrani dan Yunani, dirantai di mimbar. Hanya kaum tertentu saja yang boleh membacanya. Sementara itu orang awam tidak diijinkan membaca, apalagi mempelajari Alkitab. Buku itu dianggap suci secara fisik.
Begitu reformasi terjadi, siapa saja boleh membaca Alkitab secara bebas dan mereka mulai menemukan kebenaran di dalamnya. Begitu pemikiran yang sia-sia disisihkan, dan kebenaran didengarkan, dunia menemukan masa depan yang cerah!
Ilmu pengetahuan di berbagai bidang akhirnya terlahir. Orang menikmati berbagai kekayaan alam dan teknologi baru dari penemuan-penemuan orang-orang kreatif dari setiap jaman.
Lambat laun dengan lahirnya pengetahuan, orang mulai melupakan Alkitab. Pengetahuan diandalkan untuk menggantikan Alkitab. Saat ini pun banyak profesor yang menganggap Alkitab sebagai buku dongeng. Kalau boleh diibaratkan dengan cerita rakyat, maka ilmu pengetahuan itu seperti Maling Kundang yang mendurhakai ibu yang telah melahirkannya di dunia!
Ketika Yesus lahir, ada dua peristiwa yang patut dijadikan contoh untuk membandingkan pengetahuan dengan pengagungan Allah.
Adalah orang-orang majus dari Timur yang mendalami perbintangan. Dari ilmu yang mereka pelajari, tahulah bahwa seorang Raja akan lahir di Bethlehem. Mereka telah melihat tandanya dan mempercayai apa yang mereka pelajari itu dan bergegas datang untuk menyembah dan mempersembahkan hadiah kepada Yesus. Nyata bahwa pengetahuan bisa membawa orang untuk datang menyembah kepada Penciptanya.
Sebaliknya Herodes yang waktu itu menjadi raja mengambil tindakan yang berbeda. Meskipun Herodes adalah seorang pembelajar, ia bersikap lain. lihat bagaimana dia mengumpulkan ahli kitab untuk mendengarkan kuliah dari para ahli itu. Tetapi apa yang dilakukannya jauh berbeda dengan apa yang dilakukan orang Majus dari timur tersebut. Dia malah membinasakan bayi-bayi yang diperkirakan seumur Yesus dan berusaha untuk membunuh Yesus. Di sini pengetahuan dipakai untuk usaha membunuh Sang Mesias!
Sekarang pilihannya ada pada kita yang telah diwarisi pengetahuan. Kita bisa memakainya untuk kemuliaan Allah kita, atau pun sebaliknya. Bagi saya dan keluarga, saya pilih yang pertama!
Sikap Bodoh Membawa Malapetaka
My people are destroyed for lack of knowledge: because thou hast rejected knowledge, I will also reject thee, that thou shalt be no priest to me: seeing thou hast forgotten the law of thy God, I also will forget thy children. (Hos.4:6 ASV)
Ayat ini membawa pesan penting bagi kehidupan orang percaya. Terutama pesan untuk tetap menyelidiki rahasia Kerajaan Allah dengan menggunakan pikiran kita untuk menambah pengetahuan akan kebenaran. Kutipan dari kitab Amsal menyatakan bahwa:Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu. (Ams. 25:2 ITB) dan lagi, Tuhan Yesus membeberkan hukum yang terutama dan yang pertama (Mat. 22:37 ITB) untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita (Mat. 22:36 ITB).
Apabila kita mengabaikan atau bersikap masa bodoh terhadap kebenaran, maka akan sangat mudahlah "musuh" menghancurkan umat Allah.
Seperti telah saya contohkan pada posting sebelumnya bahwa kebodohan orang-orang jaman dahulu dengan mempercayai takhayul telah membelenggu kehidupan mereka selama berabad-abad.
Saat ini TV di Indonesia menawarkan sinetron tentang kesia-siaan. Sebagai orang percaya, sikap yang akan saya ambil adalah tidak menonton tayangan TV semacam itu. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah (1) tayangan semacam itu akan menjadi candu (mirip dengan kecanduan merokok) yang susah dihilangkan, (2) isi sinetron jauh dari realita dan menawarkan hidup di dalam angan-angan kosong. Mengapa tidak bertindak untuk mengubah keadaan dengan menciptakan kesempatan-kesempatan positif dan bersifat membangun? (3) lebih baik mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif dan melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Misalnya mencari pengetahuan tentang pengawetan makanan sehingga pada masa panen (buah, sayur, hasil kebun) dapat dimanfaatkan untuk masa-masa sulit (misalnya masa bencana alam entah itu gempa atau banjir).
Lain halnya apabila pikiran kita senantiasa tertuju pada pencarian akan rahasia kerajaan Allah. Semakin hari kita akan semakin tahu akan kebenaran yang memerdekakan (Yoh. 8:32 ITB). Dengan demikian pikiran kita dipenuhi dengan kebenaran dari Allah dan kita akan bisa bersyafaat bagi umat-Nya. Kita pun layak untuk menjadi imam-Nya (imamat yang rajani; 1 Pet. 2:9).
Sikap masa bodoh dan tidak mau belajar adalah suatu pilihan.
Kita bisa membiarkan pikiran kita mengembara ke mana-mana dan membayangkan hal-hal yang hanya ada di dunia khayalan. Bisa juga kita membiarkan pikiran kita terisi dengan roh perusak dan tontonan-tontonan yang hanya memuaskan jiwa kita sesaat saja. Bijaksanalah apabila kita mau menjagai pikiran kita dengan tidak membiarkan dua hal tersebut terjadi.
Paulus menasehatkan supaya kita tidak menjadi serupa dengan dunia namun selalu memperbaharui akal budi kita sehingga kita bisa membedakan manakah yang menjadi kehendak Allah dan mana yang bukan kehendak-Nya. Bahkan kita akan bisa membedakan manakah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2 ITB)
Sudah saatnya kita mentaati firman Allah melalui tindakan. Marilah kita mencari Dia dan mengenal-Nya lebih dekat, supaya kita tidak digolongkan sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Prosperity
Takut Akan Allah
Takut akan Allah di atas bukan dalam arti negatif, melainkan memuji, menghormati, mengagumi Dia, serta berkeinginan untuk menyenangkan hati-Nya. Rasa takut akan Allah seperti itulah yang membawa berkat ke dalam hidup orang yang percaya kepada-Nya!
Mengatasi Segala Kesulitan
Banyak Janji
Pembaharuan dari Allah
Pemazmur menasehatkan apabila kita sakit - secara fisik, emosional atau pun rohani – maka Allah sanggup menyembuhkan dan memperbaharui kita. Yesaya juga meneguhkan bahwa kekuatan sejati kita datangnya hanya dari Allah. Dia tidak membiarkan kita letih!
2 Bless (affectionately, gratefully praise) the Lord, O my soul, and forget not [one of] all His benefits—
3 Who forgives [every one of] all your iniquities, Who heals [each one of] all your diseases,
4 Who redeems your life from the pit and corruption, Who beautifies, dignifies, and crowns you with loving-kindness and tender mercy;
5 Who satisfies your mouth [your necessity and desire at your personal age and situation] with good so that your youth, renewed, is like the eagle’s [strong, overcoming, soaring]! [Isa. 40:31.]
The amplified Bible, containing the amplified Old Testament and the amplified New Testament. 1987 (Ps 103:2-5). La Habra, CA: The Lockman Foundation.
30 Even youths grow tired and weary, and young men stumble and fall;
31 but those who hope in the Lord will renew their strength. They will soar on wings like eagles; they will run and not grow weary, they will walk and not be faint.
The Holy Bible : New International Version. 1996, c1984 (electronic ed.) (Is 40:30-31). Grand Rapids: Zondervan.
Kekuatan dari Allah
1 God is our refuge and strength, an ever-present help in trouble.
2 Therefore we will not fear, though the earth give way and the mountains fall into the heart of the sea,
The Holy Bible : New International Version. 1996, c1984 (electronic ed.) (Ps 46:1-2). Grand Rapids: Zondervan.
Saya yakin Martin Luther mendapatkan kekuatan dari Allah melalui Firman-Nya itu. Di tengah gejolak reformasi dimana besar kemungkinan ia ditawan atau dihukum mati, ia menulis himne dari ayat pembukaan Mazmur 46 dengan judul “Let us sing the 46th Psalm” dan beredar pada tahun 1529. Syair dan musiknya pun segera tersebar luas ke seluruh pelosok Jerman.
Mengingat apa yang dituliskan Pemazmur itu, kita juga bisa mendapatkan kekuatan Allah, kapan saja kita membutuhkannya.