Di atas Gunung Grotho yang terletak di daerah Canmore, sebelah barat kota Calgary, saya merenung.
Bermula dari melihat banyak fosil pada Formasi Southesk-Cairne, lalu penjelasan bahwa bumi terbentuk selama ratusan juta tahun, serta pemaparan teori evolusi, semua itu mengingatkan saya pada buku yang dahulu saya baca di Jogja: The Story of Liberty.
Di dalam buku itu dijelaskan bagaimana, dahulu kala, orang-orang hidup dalam ilusi dan cerita-cerita khayal yang aneh (Mungkin ini mirip dengan cerita sinetron di TV Indonesia, yang kabarnya banyak menayangkan cerita-cerita horor). Di dalam buku itu juga diceritakan bagaimana kehidupan orang-orang yang berada di bawah belenggu kebodohan dan hampir tanpa kebebasan/kemerdekaan sama sekali. Semua itu diakibatkan karena Alkitab tertutup bagi mereka. Alkitab yang hanya berbahasa Ibrani dan Yunani, dirantai di mimbar. Hanya kaum tertentu saja yang boleh membacanya. Sementara itu orang awam tidak diijinkan membaca, apalagi mempelajari Alkitab. Buku itu dianggap suci secara fisik.
Begitu reformasi terjadi, siapa saja boleh membaca Alkitab secara bebas dan mereka mulai menemukan kebenaran di dalamnya. Begitu pemikiran yang sia-sia disisihkan, dan kebenaran didengarkan, dunia menemukan masa depan yang cerah!
Ilmu pengetahuan di berbagai bidang akhirnya terlahir. Orang menikmati berbagai kekayaan alam dan teknologi baru dari penemuan-penemuan orang-orang kreatif dari setiap jaman.
Lambat laun dengan lahirnya pengetahuan, orang mulai melupakan Alkitab. Pengetahuan diandalkan untuk menggantikan Alkitab. Saat ini pun banyak profesor yang menganggap Alkitab sebagai buku dongeng. Kalau boleh diibaratkan dengan cerita rakyat, maka ilmu pengetahuan itu seperti Maling Kundang yang mendurhakai ibu yang telah melahirkannya di dunia!
Ketika Yesus lahir, ada dua peristiwa yang patut dijadikan contoh untuk membandingkan pengetahuan dengan pengagungan Allah.
Adalah orang-orang majus dari Timur yang mendalami perbintangan. Dari ilmu yang mereka pelajari, tahulah bahwa seorang Raja akan lahir di Bethlehem. Mereka telah melihat tandanya dan mempercayai apa yang mereka pelajari itu dan bergegas datang untuk menyembah dan mempersembahkan hadiah kepada Yesus. Nyata bahwa pengetahuan bisa membawa orang untuk datang menyembah kepada Penciptanya.
Sebaliknya Herodes yang waktu itu menjadi raja mengambil tindakan yang berbeda. Meskipun Herodes adalah seorang pembelajar, ia bersikap lain. lihat bagaimana dia mengumpulkan ahli kitab untuk mendengarkan kuliah dari para ahli itu. Tetapi apa yang dilakukannya jauh berbeda dengan apa yang dilakukan orang Majus dari timur tersebut. Dia malah membinasakan bayi-bayi yang diperkirakan seumur Yesus dan berusaha untuk membunuh Yesus. Di sini pengetahuan dipakai untuk usaha membunuh Sang Mesias!
Sekarang pilihannya ada pada kita yang telah diwarisi pengetahuan. Kita bisa memakainya untuk kemuliaan Allah kita, atau pun sebaliknya. Bagi saya dan keluarga, saya pilih yang pertama!
No comments:
Post a Comment