Wednesday, June 10, 2009

Kembali Ke Pokok Penting: Menyampaikan Injil Keselamatan

Suatu ketika enam orang teman masuk kamar saya dan mengunci pintu. Salah satu dari mereka menggeser kursi tepat di depan pintu dan mendudukinya. Tidak ada jalan keluar. Mereka ingin tahu tentang Yesus, atau mungkin lebih tepat, mereka ingin menyampaikan sanggahan-sanggahan mengenai Yesus dan Alkitab.
Adu argumentasi pun berlangsung. Somehow, sanggahan demi sanggahan mereka runtuh. Satu persatu mereka pun meninggalkan kamar saya.

Orang terakhir bertahan sampai menjelang pagi, lalu ia pun keluar dan minta untuk melanjutkan 'diskusi' itu keesokan harinya. Dia pinjam Alkitab saya lalu dibawa ke kamarnya.

Sekitar tiga jam setelah saya sempat memejamkan mata, dia sudah mengetuk pintu. Pagi itu dia menanyakan tentang Nabi Lot, dan ketika saya minta dia membaca bagian akhir Kitab Kejadian pasal 19, dia pun ngeloyor pergi, tampak kecewa.

Dalam menjelaskan iman kita kepada mereka yang ingin tahu, kadang-kadang kita terjebak untuk sekadar menang dalam adu argumen: apa yang aku percayai benar, dan apa yang kau percayai salah. Semestinya semuanya itu harus diawali dari motivasi kita untuk selalu memuliakan dan mengagungkan Tuhan Yesus Kristus. Nasihat Petrus berikut ini pun semestinya kita perhatikan: "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu (1 Ptr. 3:15,16)."

Semua argumentasi yang kita berikan bukan untuk membuktikan Firman Allah, tetapi lebih tepat kalau argumentasi itu untuk membantu kita meletakkan dasar iman. Jadi setelah kita paparkan informasi yang mendukung iman kita, haruslah kita kembali ke pokok penting, yaitu hubungan orang itu dengan Kristus. Dengan demikian, tidak saja kita akan berkesempatan menyampaikan Injil keselamatan kepada rekan kita, tetapi juga kita tidak akan menggantikan Firman Allah dengan argumentasi.

Percayailah Firman Allah. Ia bekerja dan tepat mengenai sasaran. Seperti dituliskan dalam Kitab Ibrani: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr. 4:12). ***

2 comments:

Anonymous said...

Wah kayaknya pernah aku dengar dari ceritamu langsung, cool

Anonymous said...

memorimu tajem juga. sanggup mengingat cerita lama..:-D