Meskipun pengenalan akan Allah itu tidak tergantung kepada kita, tetapi pada anugerah Allah, kenyataan yang bisa kita lihat dari pernyataan Allah di dalam Alkitab menunjukkan keinginan Allah untuk menyingkapkan rahasia diri-Nya kepada kita. Dia rindu untuk bersekutu dengan kita. Dia rindu untuk menikmati cengkrama akrab dengan ciptaan-Nya, seperti dahulu kala di taman Eden.
Uluran tangan yang penuh kasih itu tidak semestinya kita sia-siakan. Alih-alih, kita bisa menyambutnya dengan menghargai karya keselamatan-Nya.
Keselamatan gratis, seringkali menjadi ejekan orang bodoh. Pemberian itu juga seringkali disepelekan oleh orang Kristen yang tak berpengalaman. Mereka lupa bahwa keselamatan itu bukan gratis lantaran tidak ada harganya maka diberikan kepada kita, melainkan lantaran harganya terlalu mahal sehingga kita tidak sanggup mendapatkannya dengan kekuatan sendiri.
Orang yang mau menyadari hal ini tahu bahwa dosa itu tidak bisa dibayar dengan memberikan seluruh harta kekayaan yang kita miliki kepada sesama kita, bahkan tidak juga dengan memberikan nyawa kita sebagai tebusan. Segala perbuatan baik yang kita lakukan seperti sebutir pasir dalam salah satu sisi timbangan, sedangkan dosa seperti gajah duduk di sisi timbangan satunya. Satu-satunya harapan yang ada pada orang itu hanyalah menerima karya keselamatan Allah yang telah dilakukan Yesus Kristus dengan mati di kayu salib.
Kesadaran ini akan membawa perubahan sikap dalam diri orang itu. Betapa ia akan sangat bersyukur kepada Allahnya akan kemerdekaan dari belenggu dosa, dan tidak lagi dia menganggap dosa sebagai sesuatu yang remeh temeh.
Perumpamaan tentang pengampunan (Mat.18:21-35) sangat cocok menggambarkan keadaan kita sewaktu berada dibawah belenggu dosa dan bagaimana kita menerima penebusan. Namun haruslah kita berhati-hati supaya kita tidak "mencekik" kawan sendiri (ay.28) hanya karena "hutang" kecil.
Penebusan yang sangat luar biasa itu membuat siapa saja yang menyadarinya berkeinginan untuk menjadi hamba-Nya. Mirip dengan pernyataan anak terhilang seusai ia makan makanan babi: "aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa (Luk.15:9)."
Kenyataannya kita ditebus bukan untuk menjadi hamba, tetapi supaya kita diterima menjadi anak (Gal.4:5) dan Dia telah memberikan Roh Anak-Nya di dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (ay.6). "jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah (ay.7)."
Kerinduan-Nya untuk bersekutu dengan kita, meskipun harganya teramat mahal, telah dibayar-Nya. Dia ingin supaya kita bisa bercakap-cakap dengan Dia tanpa perantara: seperti Bapa bercakap-cakap kepada anak-Nya. Dia sangat ingin menceritakan rahasia-rahasia-Nya (menunjukkan kemuliaan-Nya; Ams.25:2). Dia ingin memperkenalkan diri-Nya. Mari kita sambut uluran tangan-Nya itu!***
No comments:
Post a Comment